Saat pertama
kali mempelajari ilmu “pupuk-memupuk”, ada satu hal menarik perhatian saya,
bahwa ternyata pemakaian pupuk Nitrogen (Urea, ZA, dsb.) meningkat setiap
waktunya dengan pemakaian yang jumlahnya sangat besar. Untuk menghasilkan 1 ton
urea dapat menghabiskan 4 barrel bahan bakar, tidak salah kalau harganya terus
melambung!. Aplikasi di lapangan lain lagi ceritanya, ternyata setiap kita
pakai urea untuk tanaman, hanya sekitar 1/3-nya saja yang benar-benar
termanfaatkan, selebihnya sia-sia.Bila dihitung, dalam setiap pemakaiaan 1 ton
pupuk urea, kita telah menghamburkan 2,67 barrel bahan bakar. Jumlah yang
lumayan besar jika dikonversikan dalam rupiah. Sementara itu, kandungan
Nitrogen di alam bebas adalah mencapai 70%, alias jumlah paling berlimpah.
Rhizobium
Menyediakan Unsur N bagi Tanaman Kacang-Kacangan
Jumlah
Nitrogen yang berlimpah di alam bebas tidak dapat dimanfaatkan langsung oleh
tanaman. Sejumlah mikroorganisme dapat memfiksasi N di udara sehingga menjadi
bentuk yang dapat tersedia bagi tanaman. Salah satu yang paling terkenal adalah
Rizhobium. Rhizobium berasal dari dua kata yaitu Rhizo yang artinya akar dan
bios yang berarti hidup. Rhizobium adalah bakteri yang bersifat aerob, bentuk
batang, koloninya berwarna putih berbentuk sirkular, merupakan penambat
nitrogen yang hidup di dalam tanah dan berasosiasi simbiotik dengan sel akar
legume (kacang-kacangan)membentuk bintil akar. Antara akar legume-Rhizobium
terjadi kondisi yang saling menguntungkan kehidupan, secara mandiri baik
rhizobium maupun akar legume tidak dapat memfiksasi nitrogen. Sifat dari
Rhizobium yang menarik adalah sifat “setia” terhadap inangnya, satu jenis
Rhizobium hanya dapat menginfeksi spesifik satu jenis tanaman legume. Dari
berbagai laporan penelitian menyebutkan bahwa kemampuan fiksasi Rhizobium melebihi
mikroorganisme-mikroorganisme pengikat nitrogen lainnya. Dari fiksasi
yang efektif, 50%-75% kebutuhan N tanaman legume akan terpenuhi.
Mekanisme
Penambatan Nitrogen
Pengikatan N2
di udara menjadi ammonium dibantu oleh enzim nitrogenase. Banyaknya N2
yang diikat tergantung dari kondisi biologi, fisika dan kimia tanah. Salah satu
yang terpenting adalah ketersedian C-organik sebagai sumber energi
mikroorganisme. Maka dari itu, kemampuan penambatan N2 bervariasi
pada tiap tempat.
Mekanisme
penambatan Nitrogen secara biologis dapat digambarkan dengan persamaan berikut
ini :
N2
+ 8 H+ + 8 e- + 16 ATP = 2NH3 + H2
+ 16 ADP + 16 Pi
Dua molekul
amonia dihasilkan dari satu molekul gas nitrogen ditambah pasokan elektron dan
proton (ion Hidrogen) menggunakan 16 ATP dengan bantuan kompleks enzim
nitrogenase. Enzi m ini terdiri dari 2 molekul protein, protein besi dan
protein besi-molibdenum. Mula-mula pada saat nitrogen terikat enzim
nitrogenasi, protein Fe direduksi oleh electron yang diberikan oleh ferredoksin.
Kemudian protein Fe reduksi mengikat ATP dan mereduksi protein Fe-molibdenum,
yang memberikan electron pada N2, sehingga menghasilkan NH=NH. Pada
daur berikutnya NH=NH direduksi menjadi H2N=NH2 dan
selanjutnya direduksi menjadi NH3.
AZOSPIRILLIUM DAN AZOTOBACTERAda bebrapa jenis bakteri penambat nitrogen yang berasosiasi dengan perakaran tanaman. Bakteri yang mempu meningkatkan hasil tanaman tertentu apabila diinokulasikan pada tanah pertanian dapat dikelompokkan atas dua jenis yaitu Azospirillum dan Azotobacter . Azospirillum mempunyai potensi cukup besar untuk dikembangkan sebagai pupuk hayati. Bakteri ini banyak dijumpai berasosiasi dengan tanaman jenis rerumputan, termasuk beberapa jenis serealia, jagung, cantel, dan gandum. Sampai saat ini ada tiga species yang telah ditemukan dan mempunyai kemampuan sama dalam menambat nitrogen, yaitu Azospirillum brasilense, A. lipoferum, dan A. amazonese . Azospirillum merupakan salah satu jenis mikroba di daerah perakaran.
Infeksi yang disebabkan oleh bakteri ini tidak menyebabkan perubahan morfologi perakaran, meningkatkan jumlah akar rambut, menyebabkan percabangan akar lebih berperan dalam penyerapan hara. Keuntungan lain dari bakteri ini, bahwa apabila saat berasosiasi dengan perakaran tidak dapat menambat nitrogen, maka pengaruhnya adalah meningkatkan penyerapan nitrogen yang ada di dalam tanah. Dalam hal ini pemanfaatan bakteri ini tidak berkelanjutaan, tetapi apabila Azospirillum yang berasosiasi dengan perakaran tanaman mampu menambat nitrogen, maka keberadaan nitrogen di dalam tanah dapat dipertahankan dalam waktu yang relatif lebih panjang. Keadaan ini relatif lebih menguntungkan karena dapat mengurangi pasokan pupuk nitrogen. Di samping itu, Azospirillum meningkatkan efisiensi penyerapan nitrogen dan menurunkan kehilangan akibatan pencucian, denitrifikasi atau bentuk kehilangan nitrogen lain. Azotobacter spp. juga merupakan bakteri non-simbiosis yang hidup di daerah perakaran. Dijumpai hampir pada semua jenis tanah, tetapi populasinya relatif rendah. Selain kemampuannya dalam menambat nitrogen, bakteri ini juga menghasilkan sejenis hormon yang kurang lebih sama dengan hormon pertumbudhan tanaman dan menghambat pertumbuhan jenis jamur tertentu. Seperti halnya Azospirillum , Azotobacter dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman melalui pasokan nitrogen udara, pasokan pengatur tumbuh, mengurangi kompetisi dengan mikroba lain dalam menambat nitrogen, atau membuat kondisi tanah lebih menguntungkan untuk pertumbuhan tanaman.
Ada dua pengaruh positif Azotobacter terhadap pertumbuhan tanaman yaitu mempengaruhi perkecambahan benih dan memperbaiki pertumbuhan dtanaman. Peranan bakteri ini terhadap perkecambahan tidak banyak diminati, meskipun demikian cukup banyak penelitian yang mengarah pada peranan Azotobacter dalam meningkatkan daya kecambah benih tanaman tertentu. Kenaikan hasil tanaman setelah diinokulasi Azotobacter sudah banyak diteliti, Di India inokulasi Azotobacter pada tanaman jagung, gandum, cantel, padi, bawang putih, tomat, terong, dan kubis ternyata mampu meningkatkan hasil tanaman tersebut. Apabila Azotobacter dan Azospirillum diinokulasikan secara bersama-sama, maka Azospirillum lebih efektif dalam meningkatkan hasil tanaman. Azospirillum menyebabkan kenaikan cukup besar pada tanaman jagung, gandum dan cantel (Sutanto, 2002)..
Dalam hal
ini peningkatan penyediaan unsur hara yang sinergis dengan kaidah hayati
terutama dalam bahasan kali ini adalah penambatan gas N2 dalam memenuhi
kebutuhan hara tanaman tebu, dapat diguankan strategi yaitu penggunaan Azospirillum
Azospirillum sp. merupakan
salah satu bakteri yang dapat memfiksasi N
yang hidup bebas di alam dan
ditemukan berasosiasi dengan tanaman pertanian seperti pada
tanaaman tebu. Azospirillum sp merupakan
bakteri tanah penambat nitrogen
nonsimbiotik. Bakteri ini hidup
bebas di dalam tanah,
baik di sekitar maupun dekat
dengan perakaran. Potensinya telah
diketahui oleh peneliti
memiliki banyak manfaat baik
dalam tanah maupun pada tanaman, sehingga
banyak diaplikasikan sebagai biofertilizer. Pada tanaman lain Azospirillum
digunakan sebagai biofertilizer karena mampu
menambat nitrogen (N2) 40-80% dari total nitrogen dalam rotan, dan 30% nitrogen
dalam tanaman tebu.
0 komentar:
Posting Komentar