Metode
Simulasi
Simulasi merupakan
reproduksi sederhana, atau model suatu fenomena, proses atau situasi dalam
kehidupan sebenarnya. Di dalamnya, siswa memerankan berbagai tokoh realistik,
tetapi dalam situasi khayal.
Semua sifat berikut harus ada dalam simulasi.
1 Kegiatannya informal dalam kelas yang
mengikutsertakan siswa dan guru. Pemain berperan
dengan menirukan keadaan
yang sebenarnya.
2 Didasarkan pada masalah. Terbuka untuk
pendekatan multidisipliner misalnya termasuk juga
keterampilan sosial yang
berlangsung berkaitan dengan kehidupan nyata.
3 Sangat dinamis.
Simulasi itu
dapat menggunakan model yang dapat dimanipulasi sehingga melalui kegiatan
mencoba dan membuat kesalahan (trial and error) siswa dapat mengambil
kesimpulan, memberi penjelasan atau pemecahan atas masalah yang dipelajari.
Misalnya dalam mempelajari pengaruh kecepatan aliran air terhadap erosi tanah,
aliran air dapat diperagakan di dalam kelas dengan menggunakan meja untuk
membuat aliran sungai. Dalam biologi, simulasi banyak berkaitan dengan topik
pelestarian sumber daya, pengelolaan lahan, pertumbuhan penduduk, permasalahan
sosek. dsb.
Sebagian besar siswa pemalu, pada mulanya, merasa bahwa simulasi itu sukar karena dibutuhkan kemampuan bicara dan bertindak di depan semua temannya. Perubahan PBM seharusnya dilakukan secara berangsur-angsur dari belajar guru aktif menjadi belajar siswa aktif. Guru harus mengubah kebiasaan semua siswanya yang biasanya “mendengar pelajaran” menjadi “melakukan kegiatan pelajaran”. Guru harus mengatur siswa berdasarkan kematangan mental dan fisik mereka serta ruang lingkup dan kerumitannya.
Beberapa bentuk simulasi di antaranya permainan simulasi, bermain-peran, dan simulasi dengan komputer. Permainan simulasi dan bermain peran hanya berbeda dalam hal yang ditekankannya. Permainan simulasi lebih menekankan pada proses dan pola interaksi sosialnya, sementara bermain-peran lebih menekankan perkembangan karakter dan pembangkitan perasaan pemain. Pada bermain-peran lebih dituntut kreativitas dan kemampuan individu untukmengkomunikasikan buah pikirannya. Adapun, permainan simulasi dengan komputer dapat digunakan untuk mengajarkan topik pemeriksaan golongan darah, penurunan sifat genetis, pertambahan dan penurunan jumlah pemangsa dan mangsa dst.
Sebagian besar siswa pemalu, pada mulanya, merasa bahwa simulasi itu sukar karena dibutuhkan kemampuan bicara dan bertindak di depan semua temannya. Perubahan PBM seharusnya dilakukan secara berangsur-angsur dari belajar guru aktif menjadi belajar siswa aktif. Guru harus mengubah kebiasaan semua siswanya yang biasanya “mendengar pelajaran” menjadi “melakukan kegiatan pelajaran”. Guru harus mengatur siswa berdasarkan kematangan mental dan fisik mereka serta ruang lingkup dan kerumitannya.
Beberapa bentuk simulasi di antaranya permainan simulasi, bermain-peran, dan simulasi dengan komputer. Permainan simulasi dan bermain peran hanya berbeda dalam hal yang ditekankannya. Permainan simulasi lebih menekankan pada proses dan pola interaksi sosialnya, sementara bermain-peran lebih menekankan perkembangan karakter dan pembangkitan perasaan pemain. Pada bermain-peran lebih dituntut kreativitas dan kemampuan individu untukmengkomunikasikan buah pikirannya. Adapun, permainan simulasi dengan komputer dapat digunakan untuk mengajarkan topik pemeriksaan golongan darah, penurunan sifat genetis, pertambahan dan penurunan jumlah pemangsa dan mangsa dst.
BERMAIN PERAN
dalam Topik Glikolisis, Siklus Kreb
dan Sistem Transfer Elektron
(dimodifikasi oleh Endang Supriatman
dari Ross et al 2008)
Pengaturan
Awal
1.
Secara tegas dinyatakan bahwa ruang kelas tempat
bermain-peran berlangsung sebaiknya dibayangkan sebagai bagian
dalam dari sel, tetapi sitoplasmanya hanya
sedikit dan bagian dari mitokondrion akan digambarkan
hari ini. Sebaiknya guru
membicarakan dengan para siswa bagaimana membagi ruang kelas
menjadi dua: Satu
tempat mewakili sitoplasma dan tempat kedua merupakan
sebagian dari interior mitokondrion.
2. Bila sudah disepakati, ruangan
dibagi dengan menggunakan dua baris kursi atau meja
untuk mewakili membran ganda mitokondria
3. Diskusikan gambaran
ini dengan para siswa dan pastikan bahwa mereka
dapat menghubungkannya dengan gambaran-gambaran lain yang
telah dikenal yang telah mereka miliki untuk
menghubungkan latihan ini dengan bahan ajar sebelumnya tentang
pernapasan sel. Jika guru pikir itu akan membantu, sebuah
grafik batang yang menggambarkan
tindakan sebagai molekul dapat ditampilkan
sehingga siswa dapat melihat "rencana" keseluruhan gerakan yang
mereka harapkan saat mereka menyelesaikan tarian tsb
Casting (Pemilihan)
Karakter
1. Mulai
dengan membentuk "glukosa" dalam "sitoplasma"
bagian "sel". Memberi nama enam orang siswa
sebagai "atom karbon"
dan meminta mereka mengatur diri mereka dalam sebuah
lingkaran dengan bergandengan tangan. Ingatkan mereka bahwa
mereka berada di dalam sitoplasma. Karena kita hanya
mengikuti nasib atom karbon, kita akan menyederhanakan penyajian
ini dan tidak melibatkan atom oksigen atau hidrogen.
Itu dapat dibahas dengan tanya jawab jika guru
pikir para siswa anda
membutuhkan lebih banyak klarifikasi. Ingatkan
para siswa bahwa nantinya juga mereka bisa menemukan
struktur kimianya, atau guru dapat memberikan bagan atau buku
teks untuk menunjukkannya.
. 2. Beri nama dua siswa sebagai "koenzim A" dan meminta
mereka untuk duduk di dua kursi
atau meja yang
mewakili "membran" dari "mitokondria."
3. Di dalam mitokondrion, bentuk dua
kelompok siswa yang masing-masing terdiri atas 4 siswa,
masing-masing diberi
nama “atom karbon” untuk mewakili molekul oksaloasetat. Periksa
bahwa semua siswa di
dalam ruang kelas dapat menghubungkan penyajian bermain peran ini
dengan sebuah model
yang mereka kenal. Agar siswa faham, maka bisa saja guru gunakan
tehnik tanya jawab.
Akting I: Glikolisis
1. Arahkan
siswa yang mewakili molekul glukosa untuk membagi diri
menjadi dua kelompok, masing-masing
berisi tiga atom karbon (dua molekul dari "piruvat"). Jika
sesuai untuk grup Anda, ulangi cara ini beberapa kali, mungkin dengan
kelompok siswa yang
berbeda dan nyatakan kata "glikolisis" sebagai istilah yang
mengidentifikasi proses
tsb. Pastikan siswa sangat jelas bahwa
selama proses
glikolisis, satu molekul glukosa diubah menjadi dua molekul piruvat.
Jelaskan bahwa banyak langkah untuk proses tsb dan tiap
langkah dikatalisis oleh enzim yang
berbeda. Siswa dapat diarahkan pada sebuah
diagram atau bagan jika mereka perlu diingatkan bahwa proses
ini menghasilkan dua molekul ATP, meskipun bermain-peran
ini tidak meliput gambaran
dari semua reaksi individu, enzim,
atau energi molekul yang terlibat. Hal ini
dapat didiskusikan dengan siswa baik setelah
bermain-peran atau sebelumnya jika guru pikir itu perlu
diklarifikasi.
2. Arahkan salah satu siswa yang diberi nama sebagai
karbon dalam tiap molekul piruvat baru untuk melepaskan diri dari piruvat dan
berdifusi ke luar dari sel ( ke luar dari ruang kelas atau ke sudut ruang kelas
yang dekat) sebagai molekul “karbondioksida”. Karena atom oksigen tidak disajikan
dalam model ini, maka guru perlu mendiskusikannya bahwa oksigen datang
dari dalam molekul pirivat. Jika perlu, buku teks, bagan, atau model
bola-dan-tongkat tradisional dapat digunakan untuk menunjukkan rumus kimia di
tingkat apapun yang diperlukan untuk mata pelajaran ini.
3. Diskusikan dengan siswa bahwa atom karbon yang
ditinggalkan memiliki dua kelompok asetil (kelompok senyawa kimia 2 karbon).
4. Sekarang, mintalah tiap koenzim A berikatan dengan
satu kelompok asetil membentuk “Asetil Koenzim A”. Dengan demikian, kelompok
asetil dapat melalui membran (antar kursi atau meja) dan masuk ke dalam
mitokondrion. Kemudian, koenzim A harus kembali ke membran mitokondrion (duduk
di kursi atau meja), sambil menunggu kelompok asetil lain terbentuk.
5.
Ulangi
langkah 1 s/d 4 sebanyak yang guru pikirkan atau rasakan perlu, contoh
hingga siswa sangat akrab dengan proses tsb, tiap siswa telah dilibatkan,
selama masih tersedia waktunya. Buatlah urutannya sedinamis mungkin yang
meminta siswa bergerak di dalam ruang kelas untuk menggambarkan gerakan acak
molekul di dalam sel. Jika mungkin, berikan set
“giliran” siswa yang berbeda untuk menyajikan bagian
yang berbeda dari bermain peran. Karena
mereka mengulangi proses ini, maka mendorong siswa
untuk mengidentifikasi tahap yang sedang
mereka mewakili dengan memanggil nama-nama proses
tsb. Semakin banyak siswa dapat mengartikulasikan apa
yang mereka lakukan, mereka akan semakin mampu membangun penafsiran mereka
sendiri, menciptakan model visual mereka sendiri, dan
mengkonsolidasikan konsep-konsep abstrak.
6. Jika siswa mengusulkan cara
alternatif melaksanakan bermain peran ini, atau jika mereka menggunakan istilah
yang menarik atau lebih ekspresif untuk membantu mereka menghubungkan konsepnya
dengan pengetahuan awal, mencoba menggabungkan ide mereka ke dalam sisa sesi
lab. Sebaliknya, jika diskusi siswa menunjukkan bahwa mereka memiliki beberapa
miskonsepsi, maka inilah waktunya yang baik untuk menghentikan”
permainan” dan membahas yang sesuai. Bagan atau buku yang telah guru sediakan
dapat membantu mengkonsolidasikan bagaimana koreografi tarian ini dimaksudkan untuk menggambarkan
proses sel. Guru juga
dapat berkemauan untuk mendiskusikan kelemahan dan keuntungan jenis model yang
berbeda. Diagram hanyalah salah satu jenis dari model tsb yang tidak menujukkan
pergerakan atau 3D. Bermain peran ini hanyalah satu jenis model yang berbeda
Akting II: Siklus Krebs
Mengikuti
glikolisis dan setelah pergerakan dua set kelompok asetil melalui membran mitokondria,
urutan berikut akan mempertunjukkan bingkai dasar Siklus Krebs di bagian dalam
(matriks) mitokondrion.
1. Bentuklah di dalam matriks
mitokondrion dua set kelompok oksaloasetat empat-karbon
2.
Minta tiap
kelompok asetil untuk bergabung dengan kelompok oksaloasetat. Ini menggambarkan
enam-karbon yang dikenal dengan nama “sitrat”. Kata sitrat dan asam sitrat
terkadang digunakan bergantian. Kedua nama itu perlu ditekankan oleh guru dan
siswa karena nama lain Siklus Krebs adalah Siklus Asam Sitrat yang diberi nama
setelah langkah pertama ini di jalur siklik. Kemudian, dalam konteks tarian,
guru dapat memperkenalkan apa pun tingkat struktur kimia
secara rinci yang siswa perlukan untuk pelajaran tertentu
mereka
3. Molekul rantai enam-karbon
(sitrat) berproses melalui Siklus Krebs. Sitrat kehilangan sebuah karbon ( yang
membentuk CO2 dengan beberapa atom oksigen dari dalam molekul tsb) dan
berdifusi ke luar dari sel. Ini penting. Oksigen di dalam CO2 yang dilepaskan
oleh siklus Krebs tidak berasal dari oksigen bebas
4. Sebuah rantai 5-C tetap tinggal untuk
melanjutkan proses di dalam siklus tsb ( alfa-ketoglutarat). Senyawa ini
kehilangan karbon lain ( dan CO2 lain dibentuk) untuk membentuk rantai 4-C.
5. Jika guru ingin mendiskusikan isomerisasi,
sekaranglah waktunya yang tepat. Level kimia yang diperlukan secara rinci
akan bergantung pada siswanya sendiri dan tuntutan pelajaran
6. Akhirnya, senyawa 4-C yang dikenal dengan suksinat
dibentuk, berisomerisasi menjadi malat dan akhirnya melahirkan kembali
oksaloasetat, siap untuk memulai siklus Krebs lagi.
Tunjukkan
kepada para siswa bahwa molekul CO2 yang dihasilkan tidak semuanya berasal dari
molekul glukosa asli. Karbon dalam senyawa tsb yang terlibat dalam Siklus Krebs
secara perlahan dipindahkan oleh karbon baru yang disisipkan ke dalam Siklus
tsb sebagai fragmen asetil 2-C dari Asetil KoA. Dengan demikian, jika semua
karbon di dalam glukosa diberi nama secara radioaktif dengan 14C, maka pada
akhirnya semua kerangka karbon dalam Siklus Krebs akan diberi nama dengan
14C setelah beberapa putaran siklus Krebs.
Diskusi ini harus dianggap sebagai latihan untuk kinerja akhir tarian.
Bermain-peran secara keseluruhan bisa dimulai
kembali dengan menggabungkan glikolisis dan siklus Kreb
dalam gerakan seperti-tarian. Para siswa dan guru perlu untuk
mengidentifikasi langkah-langkah tsb dalam tarian dengan menyebut
nama-nama berbagai tahapan dalam metabolism sel. Jika kelasnya besar, maka para
siswa yang tidak kebagian peran dalam urutan asal dapat diberikan sebuah peran,
dan bermain-peran secara keseluruhan diulang. Pergantian karbon dalam siklus
Krebs dapat segera dipertunjukkan karena semua anggota asam
oksaloasetat asli secara perlahan dipindahkan oleh siswa yang asalnya merupakan
bagian dari molekul glukosa dengan tiap putaran siklus Krebs.
Sistem Transfor Elektron (ETS)
Guru hanya menginformasikan saja bahwa
transfer elektron merupakan tahap akhir. Gas oksigen berdifusi ke dalam sel dan
air terbentuk sebagai hasil respirasi (selain dari pada CO2). Sementara ruang
kelas diset dengan membran mitokondria. ETS terjadi pada dan di dalam enzim
yang tertanam di dalam membran mitokondria dalam ( diwakili oleh barisan kursi
atau meja)
Metode Penelitian
(oleh Endang Supriatman)
Banyak
masalah dipecahkan melalui penelitian yang berbentuk eksperimen atau
survai. Oleh karena itu, metode penelitian harus digunakan dalam pembelajaran
biologi untuk mengembangkan keterampilan siswa dalam pemecahan masalah.
Metode Eksperimen
Eksperimen adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan mengendalikan kondisi
untuk menemukan pengaruh yang belum diketahui terhadap suatu hukum,
atau untuk menguji atau memperkuat hipotesis, atau untuk memberikan gambaran
suatu hukum supaya diketahui.
Siswa-peneliti mengindentifikasikan semua variable yang relevan, mempertahankan
semuanya pada keadaan tetap kecuali satu variabel yang hendak diketahui
pengaruhnya. Variabel itu diduga mempengaruhi atau merupakan sebab permasalahan
itu. Mengadakan eksperimen, sebenarnya, merupakan inkuiri melalui penelitian
dengan menggunakan objek, peralatan, serta bahan dalam keadaan ilmiah atau
simulasi keadaan.
Di sekolah, kebanyakan eksperimennya itu bukan eksperimen karena
siswa hanya melakukan beberapa atau semua langkah yang telah ditetapkan untuk
akhirnya sampai pada kesimpulan yang diharapkan. Memang jenis itu dibutuhkan
bagi siswa yang baru mulai menggunakan beberapa atau semua alat lab. Namun,
setelah mereka terampil maka eksperimen yang tak berstruktur dapat
dilakukan (dengan cara mereka sendiri). Biarkan siswa mulai belajar dengan
melakukan eksperimen yang mudah yang menarik minat mereka.
Guru harus memberi semangat dan bimbingan saat siswa bereksperimen. Terimalah
ide siswa dan bila perlu secara halus guru mengusulkan perbaikan dalam rencana
penelitian mereka. Siswa harus dilatih menulis laporan yang lengkap.
Contoh pembelajaran biologi dengan metode eksperimen: ada tujuan, bahan, dan
prosedur yang diakhiri dengan pertanyaan.
Sementara, Rustaman (2005) Metode eksperimen adalah cara penyajian pelajaran
dengan menggunakan percobaan.
Dengan melakukan eksperimen berarti siswa melakukan kegiatan yang mencakup pengendalian variabel, pengamatan, melibatkan pembanding atau kontrol, dan penggunaan
alat praktikum.
Kekurangan metode eksperimen ini adalah menuntut berbagai peralatan yang
terkadang tidak mudah diperoleh.
Metode eksperimen ini paling tepat apabila
digunakan atau dilaksanakan untuk merealisasikan pembelajaran dengan pendekatan inkuiri atau pendekatan penemuan (diskoveri). Dalam eksperimen melaksanakan
eksperimen tsb, untuk dapat memaparkan dengan tepat tentang tujuan percobaan
tentu siswa harus memahami variabel yang terlihat.
Sebagai contoh ketika siswa akan melakukan eksperimen mengenai ekosistem yaitu
bahwa antara faktor biotik dan abiotik saling mempengaruhi. Untuk menyatakan tujuan dengan tepat, ia harus
memahami tentang hubungan antara kedua komponen ekosistem tsb, misalkan dengan
menyatakan bahwa tujuan eksperimen adalah untuk mengetahui pengaruh air
terhadap pertumbuhan kacang. Berarti siswa telah memahami bahwa
antara air dan tumbuhan terdapat hubungan.
METODE
JIGSAW
(disadur oleh Endang Supriatman)
Tahapan Pelaksanaan:
- Kelas dibagi menjadi beberapa tim yang anggotanya terdiri atas 5 atau 6 siswa dengan karakteristik yang heterogen.
- Materi diberikan kepada siswa dalam bentuk teks.
- Tiap siswa bertanggung jawab untuk mempelajari suatu bagian materi tersebut.
- Para anggota dari berbagai tim yang berbeda memiliki tanggung jawab untuk mempelajari bagian materi yang sama dan selanjutnya berkumpul untuk saling membantu mengkaji bagian bahan tersebut. Kumpulan siswa semacam itu disebut “kelompok pakar” (expert group).
- Selanjutnya, para siswa yang berada dalam kelompok pakar kembali ke kelompok semula (home teams) untuk mengajar anggota lainnya mengenai materi yang telah dikajinya dalam kelompok pakar.
- Setelah diadakan pertemuan dan diskusi dalam home teams, para siswa dievaluasi secara individual mengenai bahan yang telah dipelajari.
0 komentar:
Posting Komentar