Diberdayakan oleh Blogger.

Kamis, 07 Maret 2013

jigsaw



BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang Masalah
Semakin pesatnya ilmu pengetahuan dan teknologi mempunyai dampak terhadap perubahan dalam segenap aspek kehidupan manusia dalam usaha mempertahankan hidup, juga dalam mengembangkan diri, manusia dituntu untuk aktif dan kreatif selalu mengembangkan rasa ingin tahu untuk proses pengembangan diri selanjutnya. Salah satu pengembangan diri diantaranya dengan menambah pengalaman atau mengikuti jenjang pendidikan yang lebih tinggi karena pada era globalisasi manusia dituntut lebih dinamis untuk sejalan dengan perkembangan zaman.
Keberhasilan pendidikan sangat bergantung kepada unsur manusianya, yang paling menentukan adalah pelaksana pendidikan yaitu guru. Guru merupakan ujung tombak pendidikan, sebab secara langsung mempengaruhi, membina dan mengembangkan kemampuan siswa, selain itu untuk dapat menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar yang efektif, seorang guru harus memiliki salah satu kemampuan merencanakan dan menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kegiatan belajar yang efektif, salah satu diantaranya adalah faktor intelegensi. Pada umumnya siswa yang memiliki kemampuan biasa-biasa saja hanya berperan sebagai pendengar saja, sedangkan siswa yang pandai akan cenderung mendominasi keterlibatannya dalam proses pembelajaran, selanjutnya peranan guru di sekolah sangatlah dominan, dia dapat menentukan segala sesuatu yang dianggapnya tapat untuk disajikan kepada murid-muridnya. Maka dari itu, seorang guru harus memperhatikan dan mencari model pembelajaran yang tepat dalam proses belajar mengajar di sekolah, karena kegiatan guru dalam mengajar akan mempengaruhi aktivitas dan motivitas siswa dalam belajar.
Model pembelajaran kooperatif dipandang lebih tepat dalam proses belajar mengajar yang dapat merangsang siswa untuk aktif terlibat langsung dalam kegiatan belajar mengajar dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan pendapatnya dalam proses belajar mengajar. Model pembelajaran kooperatif adalah suatu kondisi pembelajaran yang dengan segala upaya setiap individu mendukung dan didukung individu lainnya dalam pencapaian tujuan.
Model pembelajaran kooperatif memiliki beberapa tipe pembelajaran diantaranya jigsaw, group investigation, make a-match, student facilitator and explaining, think-pair-square dan lain-lain. Dalam penelitian ini penulis mencoba melihat bagaimana pembelajaran tipe student facilitator and explaining dan group investigation dalam mengaktifkan siswa dalam kegiatan belajar, karena kedua tipe tersebut memiliki karakteristik hampir sama untuk mengaktifkan siswa dan memberikan kebebasan berfikir bagi siswa.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis mengidentifikasi masalah sebagai berikut:
1.      apakah penggunaan model pembelajaran yang bervariasi dapat meningkatkan motivasi siswa dalam belajar?;
2.      apakah model pembelajaran kooperatif tipe student facilitator and explaining dapat meningkatkan hasil belajar siswa?;
3.      apakah model pembelajaran kooperatif tipe group investigation dapat meningkatkan hasil belajar siswa?; dan
4.      kesulitan apakah yang dihadapi oleh guru dan siswa dalam mempelajari materi mollusca?
Agar permasalahan tersebut dapat mencapai tujuan yang diinginkan, maka penulis membatasi permasalahan tersebut, adapun pembatasan masalah tersebut adalah sebagai berikut:
1.      model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini yaitu model pembelajaran kooperatif tipe student facilitator and explaining dan model pembelajaran tipe group investigation;
2.      materi yang diberikan kepada siswa hanya satu sub konsep, yaitu mollusca yang meliputi kelas gastropoda, cephalopoda, bivalvia, amphineura, dan scaphopoda;
3.      hasil belajar yang diperoleh adalah hasil post-test mata pelajaran Biologi pada sub konsep mollusca; dan
4.      tes hanya diambil dari ranah kognitif saja yang dibatasi pada subjek pengetahuan (C1), pemahaman (C2), dan aplikasi (C3).
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik inginmencoba melakukan penelitian mengenai perbedaan hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Student facilitator and explaining dengan tipe Group investigation pada sub konsep Mollusca.

1.2  Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut: “apakah terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe student facilitator and explaining dengan tipe group investigation pada sub konsep Mollusca di Kelas X SMA Negeri 6 Tasikmalaya?”



1.3  Identifikasi Masalah
Agar istilah yang digunakan dalam penelitian ini tidak memberikan salah pengertian, maka penulis mencoba mendefinisikan istilah-istilah sebagai berikut:
1.      Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah mengalami pengalaman belajar atau berinteraksi dengan lingkungannya yang diketahui dengan suatu perubahan pengetahuan dan perilaku sehari-hari individu setelah proses belajar-mengajar pada sub konsep mollusca yang diperlihatkan dengan skor setelah siswa mengerjakan tes kognitif yang dibatasi pada aspek pengetahuan (C1), pemahaman (C2), dan aplikasi (C3).
2.      Model pembelajaran kooperatif tipe student facilitator and explaining adalah suatu model pembelajaran kooperatif yang mengaktifkan siswa dengan cara guru memberikan kesempatan pada siswa untuk mendiskusikan materi secara kelompok, selanjutnya guru memberikan kesempatan pada siswa untuk mengemukakan ide-ide yang ada dipikirannya mengenai materi tersebut kemudian mempresentasikannya pada rekan peserta lainnya melalui bagan atau peta konsep.
3.      Model pembelajaran kooperatif tipe group investigation adalah suatu model pembelajaran yang mengaktifkan siswa dengan cara guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mendiskusikan materi yang berbeda secara berkelompok yang berisi penemuan, sehingga mendorong siswa dalam kelompok tersebut bekerjasama satu sama lain.

1.4  Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe student facilitator and explaining dengan tipe group investigation pada sub konsep Mollusca di kelas X SMA Negeri 6 Tasikmalaya.



1.5 Kegunaan Penelitian
1.      Kegunaan teoretis
Kegunaan teoritis pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
a.       Memberikan penjelasan mengenai pengaruh model pembelajaran terhadap hasil belajar;
b.      Sebagai bahan informasi mengenai penggunaan model pembelajaran dalam meningkatkan hasil belajar siswa; dan
c.       Menciptakan proses pembelajaran yang kreatif dan terampil sehingga dapat menjadi salah satu solusi bagi perkembangan dunia pendidikan.
2.      Kegunaan praktis

1)      Memberikan sumbangan pemikiran, pengetahuan, dan informasi untuk mencoba menggunakan model pembelajaran yang bervariasi dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan terutama dalam pelajarn Biologi; dan
2)      Memberikan gambaran tentang penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe student facilitator and explaining dan tipe group investigation.












BAB II
KAJIAN TEORI dan KERNGKA BERPIKIR
2.1 Kajian Teori
1.      Hasil Belajar
a.      Pengertian Belajar
Sanjaya, Wina (2007 : 110) menyatakan bahwa, “belajar adalah proses mental yang terjadi dalam diri seseorang, sehingga menyebabkan munculnya perubahan prilaku.” Hal ini juga didukung oleh Slameto (2003 : 2) yang menyatakan “belajar adalah suatu proses uasaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Menurut Gagne (dalam Sagala, Syaiful, 2007 : 17) “belajar dapat didefinisikan sebagai perubahan yang terjadi dalam kemampuan manusia yang terjadi setelah belajar secara terus-menerus, bukan hanya disebabkan oleh pertumbuhan saja.

b.      Pengertian Mengajar
Menurut Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain (2006 : 38) “mengajar adalah suatu kegiatan yang mutlak memerlukan keterlibatan individu anak didik.” Hamalik, Oemar (2003 : 44-52) mengemukakan beberapa definisi mengajar sebagai berikut:”
1)      Mengajar adalah menyampaikan pengetahuan kepada siswa didik atau murid di sekolah.
2)      Mengajar adalah mewariskan kebudayaan kepada generasi muda melalui lembaga pendidikan sekolah.
3)      Mengajar adalah memberikan bimbingan belajar kepada murid.
4)      Mengajar adalah usaha mengorganisasi lingkungan sehingga menciptakan kondisi belajar bagi siswa.
5)      Mengajar adalah kegiatan mempersiapkan siswa untuk menjadi warga negara yang baik sesuai dengan tuntutan masyarakat.
6)      Mengajar adalah suatu proses membantu siswa menghadapi kehidupan masyarakat sehari-hari.” 


c.       Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Menurut Slameto (2003 : 54) faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu
1)      Faktor intern, yakni faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, meliputi faktor jasmaniah, faktor psikologis, dan faktor kelelahan.
a)      Faktor jasmaniah
Seperti halnya faktor kesehatan dan cacat tubuh
b)      Faktor psikologis
Ada beberapa faktor psikologis yang mempengaruhi belajar diantaranya intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan kesiapan.
c)      Faktor kelelahan
Kelelahan pada seseorang walaupun sulit untuk dipisahkan tetapi dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan rohani (bersifat psikis).
2)      Faktor ekstern, yakni faktor yang ada di luar individu meliputi faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat.
a)      Faktor keluarga
Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa cara orang tua mendidik, relasi anatara anggota keluarga, suasana rumah tangga, dan keadaan ekonomi keluarga.
b)      Faktor sekolah
Mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah.
c)      Faktor masyarakat
Masyarakat merupakan factor ekstern yang juga berpengaruh terhadap belajar siswa. Pengaruh ini terjadi karena keberadaan siswa dalam masyarakat. Pada uraian tersebut dibahas tentang kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, ranah bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat.”

d.      Pengertian Hasil Belajar
Keberhasilan siswa dalam belajar mengajar sangatlah tergantung kepada tahap pengajaran yang disusun guru sebelumnya. Menurut Hamalik, Oemar (2003 : 15-16) menyatakan bahwa: “hasil belajar merupakan interaksi antara kemampuan potensial individu dengan lingkungannya.” Hal ini sejalan dengan pendapat Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain (2006 : 119) yang menyatakan bahwa “hasil belajar merupakan kemampuan nyata yang dicapai individu atau siswa setelah mengikuti kegiatan belajar yang proses pengukurannya menggunakan tes.”
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah menempuh pengalaman belajar dan berinteraksi dengan lingkungan yang ditandai dengan suatu perubahan yang diukur melalui tes prestasi. Hasil belajar ini dapat dilihat dalam bentuk tingkah laku siswa yang mungkin dapat disebabkan oleh terjadinya perubahan pada tingkat kognitif, afektif, maupun psikomotor.

2.      Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)
Menurut Dahlan (1990 : 21), model adalah suatu rencana atau pola yang digunakan dalam menyusun kurikulum, mengatur materi pengajaran, dan memberikan petunjuk kepada pengajar di kelas dalam setting pengajaran ataupun setting lainnya.”
Sanjaya, Wina (2007 : 240) mengemukakan bahwa, “pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan menggunakan system pengelompokkan atau tim kecil, yaitu antara empat sampai enam orang yang mempunyai latar belakang kemempuan akademik, jenis kelamin, ras, atau suku yang berbeda (heterogen).”
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana siswa dikelompokkan dalam kelompok kecil yang tujuannya adalah untuk mendorong siswa agar bekerjasama dalam menyelesaikan suatu masalah untuk mencapai tujuan bersama.
Menurut Roger dan David Johnson (dalam Lie, Anita, 2007 : 31) ada 5 unsur model pembelajaran kooperatif yang harus diterapkan, yaitu;”
a.       Kesalingtergantungan positif
Untuk menciptakan rasa kesalingtergantungan positif pengajar perlu menyusun tugas sedemikian rupa, sehingga setiap anggota harus menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang lai dapat meyelesaikan tugas mereka.
b.      Tanggung jawab perseorangan
Walaupun bekerja dalam kelompok, namun tanggungjawab tetap dibebankan pada individual. Hal ini merupakan konsekuensi logis dari unsur pertama.
c.       Tatap muka
Setiap anggota diberi kesempatan untuk bertemu muka dan berdiskusi. Kegiatan ini akan menciptakan sinergi yang menguntungkan semua anggota.
d.      Komunikasi antar anggota
Proses komunikasi melatih siswa kapan harus bertindak sebagai pembicara yang baik dan kapan harus bertindak sebagai pendengar yang baik. Sehingga diharapkan tercipta suatu sikap “menghargai pendapat orang lain.”
e.       Evaluasi proses kelompok
Evaluasi tidak perlu dihadapkan setiap kali ada kerja kelompok.”

Dalam melaksanakan pembelajaran kooperatif di kelas ada beberapa tahap yang perlu diperhatikan berikut ini (Herawan, Dedi 2006 : 95);”
a.      Tahap persiapan
Meliputi kegiatan penyiapan materi pelajaran, menetapkan siswa dalam kelompok, menentukan skor awal, dan menyiapkan siswa untuk bekerja kooperatif.

b.      Tahap pembelajaran
Dimulai dengan guru mempelajari tujuan-tujuan dari pelajaran dan memotivasi siswa untuk belajar. Langkah ini diikuti dengan menyajikan informasi, sering dalam bentuk teks bukan verbal. Dalam menyajikan materi pelajaran, ada beberapa hal yang perlu ditekankan:
1)      Kembangkan materi pelajaran sesuai dengan apa yang akan dipelajari siswa dalam kelompok.
2)      Pembelajaran kooperatif menekankan belajar adalah memahami makna bukan hafalan.
3)      Mengontrol pemahaman siswa sesering mungkin dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan.
4)      Memberi penjelasan mengapa jawaban pertanyaan tersebut benar atau salah.
5)      Beralih pada konsep lain, jika siswa telah memahami pokok masalahnya.”
a.      Model pembelajaran kooperatif tipe student facilitator and explaining
Model pembelajaran kooperatif tipe student facilitator and explaining adalah model pembelajaran kooperatif yang mengaktifkan siswa dengan cara guru memberikan kesempatan pada siswa untuk mengemukakan ide-ide yang ada di pikirannya mengenai materi tersebut, kemudian mempresentasikannya atau menjelaskannya pada rekan peserta lainnya melalui bagan atau peta konsep.
            Tujuan dari model pembelajaran kooperatif tipe student facilitator and explaining adalah mengaktifkan siswa dengan cara memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar mengemukakan ide-ide atau pendapatnya secara masing-masing yang berkaitan dengan materi tersebut.
Adapun langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe student facilitator and explaining adalah sebagai berikut:
1)      Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
2)      Guru menyampaikan pokok-pokok materi.
3)      Guru mengelompokkan siswa ke dalam lima kelompok, tiap kelompoknya terdiri dari delapan orang
4)      Masing-masing kelompok membahas materi tersebut.
5)      Setelah selesai diskusi, guru memberikan kesempatan kepada siswa atau peserta untuk menjelaskan kepada peserta lainnya baik melalui bagan/peta konsep maupun yang lainnya.
6)      Guru menyimpulkan ide atau pendapat dari siswa.
7)      Guru menerangkan semua materi yang disajikan saat itu.
8)      Evaluasi.
9)      Penutup.
Model pembelajaran student facilitator and explaining ini mempunyai kelebihan dan kelemahan, yaitu sebagai berikut:
1)      Kelebihan model pembelajaran kooperatif student facilitator and explaining yaitu siswa diajak untuk dapat menerangkan kepada siswa lain, dapat mengeluarkan ide-ide yang ada dipikirannya sehingga lebih dapat memahami materi tersebut.
2)      Kelemahan model pembelajaran kooperatif student facilitator and explaining yaitu adanya pendapat yang sama sehingga hanya sebagian saja yang tampil.
Usaha yang dapat dilakukan oleh guru supaya model pembelajaran tipe student facilitator and explaining bisa berhasil baik, antara lain:
1)      Masalah itu harus menarik perhatian siswa karena bertalian erat dengan pengalaman siswa;
2)      Guru harus menmpatkan dirinya sebagai pemimpin dalam proses pembelajaran; dan
3)      Guru hendaknya memperhatikan pembicaraan para siswa agar fungsi guru sebagai pemimpin pembelajaran dapat melaksanakan sebagaimana mestinya.
b.      Model pembelajaran kooperatif tipe group investigation
Rochyadi, Yadi (2004 : 12) mengemukakan bahwa, “model pembelajaran kooperatif tipe group investigation adalah model pembelajaran kooperatif yang mengaktifkan siswa dengan cara guru menyuruh siswa untuk mendiskusikan materi yang berbeda secara kelompok yang berisi penemuan.”
Tujuan dari model pembelajaran kooperatif tipe group investigation adalah mengaktifkan siswa dengan cara memberikan kesempatan kepada siswa untuk berdiskusi berisi penemuan secara kelompok dengan materi yang berbeda. Tipe pembelajaran ini menuntut siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun keterampilan proses kelompok.
Adapun langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe group investigation adalah sebagai berikut:
1)       Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
2)      Guru menyampaikan pokok-pokok materi.
3)      Guru mengelompokkan siswa ke dalam lima kelompok, setiap kelompoknya terdiri dari delapan orang.
4)      Guru menjelaskan maksud pembelajaran dan tugas kelompok.
5)      Guru memanggil ketua-ketua untuk satu materi tugas sehingga satu kelompok mendapat tugas satu materi / tugas yang berbeda dengan kelompok lain.
6)      Masing-masing kelompok membahas materi yang sudah ada secara kooperatif berisi penemuan.
7)      Setelah selelsai diskusi, lewat juru bicara ketua menyampaikan hasil pembahasan kelompok.
8)      Evaluasi.
9)      Penutup.
Model pembelajaran group investigation ini mempunyai kelebihan dan kekurangan, yaitu sebagai berikut:
1)      Kelebihannya yaitu membiasakan siswa bekerjasama menurut paham demokrasi, memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan sikap kerjasama dan tanggung jawab.
2)      Kelemahan model pembelajaran ini adalah sulit membuat kelompok yang homogen, baik intelegensi, bakat, minat masing-masing siswa. Selain itu pemimpin kelompok kadang-kadang sukar memberikan pengertian kepada anggota, sulit untuk mengadakan pembagian kerja.
3.      Deskripsi materi pada sub konsep Mollusca
Hewan invertebrata adalah hewan yang tidak memiliki tulang belakang. Invertebrata memiliki beberapa filum, yaitu protozoa, porifera, coelenterata, platyhelminthes, nemathelminthes, annelida, mollusca, arthropoda, dan echinodermata. Dari kesembilan filum tersebut, Mollusca merupakan salah satunya. Mollusca berasal dari kata mollus yang berarti “lunak”, jadi Mollusca adalah kelompok hewan bertubuh lunak.
      Mollusca memiliki ciri-ciri yaitu:
a.       Tubuhnya lunak dan tidak beruas-ruas.
b.      Tubuhnya simetri bilateral.
c.       Antara tubuh dan cangkangnya terdapat bungkus yang disebut mantel.
d.      Cangkang terbuat dari kalsium karbonat untuk melindungi organ dalam.
e.       Ada yang memiliki rangka luar ada juga yang tidak.
f.       Tempat hidup di air tawar, laut, dan darat.
g.       Reproduksi secara seksual dengan fertilisasi internal, Mollusca ada yang bersifat diesis dan monoesis.
Diesis adalah kelamin hewan jantan dan betina terpisah, sedangkan monoesis yaitu kelamin jantan dan betina terdapat pada satu hewan tetapi tidak dapat membuahi sendiri, harus didahului dengan kopulasi.
Berdasarkan simetri tubuh, ciri kaki dan cangkangnya, Mollusca dibagi menjadi lima kelas yaitu:
a)      Kelas Gastropoda, memiliki ciri sebagai berikut:
1)      Memiliki cangkang yang berbentuk kerucut
2)      Memiliki dua pasang tentakel yang berbintik mata.
3)      Hidupnya di laut, air tawar, dan darat.
4)      Tubuhnya terdiri dari kepala, leher, kaki, dan alat-alat dalam.
Contoh jenis hewan kelas Gastropoda adalah bekicot (Achatina fulica), siput air tawar (Lymnaea javanica), sipu laut (Fissurella sp.), kuwuk (Cypraea sp.), dan kreco (Vivara javanica).
Sistem organ pada Gastropoda:
1.      Sistem pencernaan
Dimulai dari mulut (lidah dan gigi) – kerongkongan – usus halus – anus
2.      Sistem respirasi
Hewan yang hidup di air berespirasi dengan insang, sedangkan yang hidup di darat berespirasi dengan rongga mantel yang berfungsi sebagai paru-paru.
3.      Sistem eksresi
Sebuah ginjal yang terletak dekat jantung dan saluran ureter yang terletak di dekat anus
4.      Sistem peredaran darah
Sistem peredaran darahnya terbuka dengan jantung dan saluran darah sebagai organ transportasi. Jantung terdiri dari serambi dan bilik yang dilindungi rongga pericardium
5.      Sistem syaraf
Terdiri dari tiga buah ganglion, yakni ganglion otak (ganglion cerebral), ganglion organ-organ dalam (ganglion visceral), dan ganglion kaki (pedal).
6.      Sistem reproduksi
Gastropoda memiliki cara reproduksi secara seksual.
b)      Kelas Chepalopoda, memiliki ciri sebagai berikut:
1)      Tubuhnya terdiri dari dua bagian, yakni kepala dan badan.
2)      Tidak mempunyai rangka luar (cangkok), kecuali Nautilus yang kulitnya dapat berubah warna.
3)      Alat gerak terdapat di bagian kepala.
Contoh jenis hewan kelas Chepalopoda adalah cumi-cumi (Loligo indica), gurita (Octopus sp), dan sotong (Sepia officinalis).
Sistem organ pada Chepalopoda
1)      Sistem pencernaan
Mulut dikelilingi tentakel – faring – kerongkongan – lambung – usus halus – anus
2)      Sistem peredaran darah
Terdiri dari jantung sistematik aorta dan arteri merupakan peredaran darah ganda dan tertutup
3)      Sistem eksresi
Ginjal yang terletak di sebelah jantung
4)      Sistem respirasi
Bernapas dengan insang yang terdapat di rongga mantel


5)      Sistem reproduksi
Seksual, dengan fertilisasi internal hewan jantan dan betina terpisah (diesis)
c)       Kelas Bivalvia atau Pelecypoda, memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1)      Mempunyai dua cangkok yang dapat membuka dan menutupdan mengandung zat kapur.
2)      Pada cangkangnya terdapat tonjolan yang disebut umbo dan engselnya disebut aduktor.
3)      Cangkangnya tersusun atas 3 lapisan, yaitu:
(1)   Lapisan periostrakum, lapisan terluar terdiri dari zat kitin yang berfungsi sebagai pelindung.
(2)   Lapisan prismatik, lapisan tengah yang terdiri dari kristal-kristal kalsium karbonat.
(3)   Lapisan nakreas, tipis punya warna yang indah (lapisan mutiara).             
Contoh hewan kelas bivalvia atau pelecypoda adalah kerang yang hidup di laut, remis yang hidup di air tawar, dam tiram mutiara, dan kima yang bentuknya besar.
Sistem organ pada Bivalvia atau Pelecypoda
1)      Sistem pencernaan
Makanan masuk bersam air ke mulut – kerongkongan – lambung – usus besar – anus
2)      Sistem saraf
Terdiri dari tiga ganglion, yaitu anterior terdapat di sebelah ventral dari lambung, pedalis terdapat pada kaki, posterior terdapat di sebelah ventral dari otot aduktor
3)      Sistem peredaran darah
Sistem peredaran darah terbuka yang terdiri atas jantung dan saluran darah. Jantung terdiri dari serambi dan bilik.
4)      Alat indera
Tidak berkembang baik, tetapi ada alat keseimbangan (Statosista) yang terletak di belakang ganglion pedalis (berwarna kuning) yang diduga sebagai alat penyaring air yang masuk ke mantel.
5)      Sistem reproduksi
Umumnya diesis, alat reproduksi terletak di dekat kaki berupa saluran terbuka.
d)      Kelas Amphineura, memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1)      Tubuhnya bilateral simetri, dan bentuknya seperti telur.
2)      Hidupnya di laut dekat pantai atau di pesisir pantai.
3)      Kaki di bagian perut.
4)      Tidak memiliki tentakel dan mata
Contoh jenis hewan kelas Amphineura adalah kiton (Cryptochiton sp).
Sistem organ pada Amphineura
1)      Sistem pencernaan
Radula dan gigi – faring – perut – usus halus – anus
2)      Sistem peredaran darah
Jantung – aorta – dan sebuah sinus. Darah mendapat O2 dari insang
3)      Sistem eksresi
Sepanjang ginjal yang bermuara kearah posterior
4)      Sistem reproduksi
Amphineura memiliki cara reproduksi secara seksual
e)      Kelas Scaphopoda
Pada umumnya kelas Scaphopoda hidup di laut dengan membenamkan diri di pasir bentuknya bercangkok seperti kerucut atau tanduk, akinya terdapat di daerah mulut dan tubuhnya diselubungi mantel. Contohnya adalah siput gading, atau siput gigi.
            Peranan Mollusca bagi manusia :
a)      Sumber makanan yang mengandung protein tinggi, misalnya tiram batu (Aemaea sp), kerang (Anadara sp), kerang hijau (Mytilus viridis), sotong (Sepia sp), cumi-cumi (Loligo sp), dan remis (Corbicula javanica).
b)      Perhiasan, misalnya tiram mutiara (Pintcada margarifera).
c)      Hiasan dan kancing, misalnya dari cangkang tiram batu, Nautilus, dan tiram mutiara.
2.2 Penelitian yang Relevan
        Berdasarkan hasil penelitian Sudira, Asep (2005 : 56) yang berjudul “Perbedaan hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran Kooperatif Group Investigation dengan Diskusi Kelompok Biasa pada Sub Konsep Dimensi Tiga Siswa Kelas X SMA Negeri 7 Tasikmalaya”, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation lebih baik dibandingkan diskusi kelompok biasa.
2.3Kerangka Berpikir
        Adapun kerangka pemikiran penulis adalah bahwa model pembelajaran kooperatif tipe student facilitator and explaining memberikan kesempatan kepada siswa untuk terlibat langsung dalam pembelajaran dan memberikan kebebasan dalam mengemukakan pendapatnya atau ide-ide yang ada di pikirannya sesuai dengan materi yang disajikan, siswa akan termotivasi untuk aktif dalam pelajaran yang akibatnya akan mendukung peningkatan hasil belajar siswa.
        Sedangkan tipe group investigation memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar langsung secara kelompok berdasarkan penemuan yang mereka peroleh melalui studi literatur. Sehingga siswa termotivasi untuk lebih banyak membaca buku pelajarannya yang akhirnya akan berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.
        Berdasarkan uraian di atas, penulis menduga bahwa terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe student facilitator and explaining dengan tipe group investigation.

2.4  Hipotesis
Ho       : Tidak terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe student facilitator and explaining dengan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation pada sub konsep Mollusca di kelas X SMA Negeri 6 Tasikmalaya.
Ha      : Terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe student facilitator and explaining dengan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation pada sub konsep Mollusca di kelas X SMA Negeri 6 Tasikmalaya.







BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
            Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode quasi eksperimen, karena untuk mengetahui hubungan sebab akibat antara lain hasil belajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe student facilitator and explaining dengan tipe group investigation pada sub konsep Mollusca di SMA Negeri 6 Tasikmalaya.



3.2 Variabel Penelitian
1.      Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa.
2.      Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif tipe student  facilitator and explaining dan tipe group investigation.
3.3 Teknik Pengumpulan Data
      Teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah tes tertulis berupa pilihan ganda dengan lima option setelah pelaksanaan proses belajar mengajar.

3.4 Instrumen Penelitian
1.      Konsepsi
Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa pada sub konsep Mollusca dengan jumlah soal sebanyak 30 soal. Tes berbentuk pilihan ganda dengan lima option. Aspek yang diukur hanya domain kognitif dan dibatasi pada jenjang pengetahuan (C1), pemahaman (C2), dan penerapan (C3).
2.      Uji coba instrument penelitian
Uji coba instrumen dilaksanakan kepada siswa kelas XI SMA Negeri 6 Tasikmalaya. Tujuan dilakukan uji coba instrumen penelitian ini adalah untuk mengetahui validitas dan reliabilitas soal. Untuk mengetahui uji coba instrumen tersebut, maka dapat dianalisis dengan menggunakan rumus-rumus di bawah ini:
a.       Uji Validitas Soal
Teknik yang digunakan untuk mengetahui validitas tiap butir soal adalah teknik korelasi biserial yang dikemukakan oleh Arikunto, Suharsini (2002 : 79).
b.      Uji Reabilitas
Double Bracket:  S2t - ∑ pq
S2t
Double Bracket:    K  
K – 1
Menurut Arikunto, Suharsimi (2002 : 163) bahwa untuk mencari realibilitas soal digunakan K – R20, sebagai berikut:
K – R20 =
  
Keterangan:
K – R20                        = reliabilitas tes secara keseluruhan
K                           = banyaknya butir pertanyaan
S2t                          = varians total
P                            = proporsi subjek yang menjawab betul
p                            = banyaknya subjek yang skornya 1
                                                      N
q                            = proporsi subjek yang mendapat skor 0
                                                      N

3.5 Populasi dan Sampel
1.      Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kelas X SMA Negeri 6 Tasikmalaya tahun ajaran 2007/2008 sebanyak Sembilan kelas dengan jumlah siswa sebanyak 364 orang, yang bersifat homogen dan memiliki karakteristik yang sama dilihat dari rata-rata nilai raport pada semester 1.
2.      Sampel
Dalam penelitian sampel yang digunakan sebanyak 2 kelas, yaitu kelas X.E dan X.G yang diambil dengan menggunakan cluster random sampling (teknik random atas himpunan) yang diambil dari populasi dengan langkah pengambilan sampel sebagai berikut:
a.       Pada gelas dimasukkan gulungan kertas sebanyak 9 buah yang bertuliskan X.A sampai X.1.
b.      Mengocok gelas dan nama kelas yang keluar adalah kelas X.E dan X.G.
3.6 Disain Penelitian
                  Disain penelitian yang akan digunbakan dalam penelitian ini adalah one shot case study, dimana penelitian hanya mengadakan treatmen satu kali yang diperkirakan sudah memiliki pengaruh yang selanjutnya diadakan post-test. Menurut Arikunto, Suharsini (2002 : 80) disain penelitian dirumuskan sebagai berikut:
Rancangan          :  Kelas eksperimen I      : R        X1    O1
                              Kelas eksperimen II     : R        X2    O2
Prosedur             : Sampel yang diambil secara cluster random sampling (R), subjek diberi perlakuan X dan setelahnya dilakukan pengukuran (O) sebagai akibat dari perlakuan yang berbeda.

3.7 Langkah-langkah Penelitian
Langkah-langkah penelitian adalah sebagai berikut:
1.      Tahap Persiapan
a.       Membuat surat izin ke Fakultas
b.      Mempersiapkan insterumen
c.       Mengujicoba instrument
d.      Mengolah hasil uji coba
e.       Menyusun instrumen setelah uji coba
f.       Memperbanyak instrument
2.      Tahap Pelaksanaan
a.       Melakukan konsultasi dengan kepala sekolah dan wakil kepala sekolah bidang kurikulum mengenai penelitian yang akan dilaksanakan.
b.      Konsultasi dengan guru bidang studi Biologi tantang subjek penelitian. Kelas yang digunakan untuk sampel, menentukan sampel dengan teknik cluster.
c.       Melaksanakan kegiatan pembelajaran di kedua kelas kelas sampel tersebut.
d.      Melakukan tes akhir untuk mengetahui kemampuan akhir siswa untuk setiap kelompok eksperimen.
3.8 Teknik Pengolahan dan Analisis Data
            Data dari hasil post-test baik dari perlakuan model pembelajaran kooperatif student facilitator and explaining, ataupun perlakuan cooperative learning group investigation dikelompokkan dalam daftar distribusi frekuensi, dan selanjutnya masing-masing dilakukan analisis data.

3.9 Waktu dan Tempat Penelitian
            Penelitian dilaksanakan pada tanggal 1 sampai 8 Maret 2012 di kelas X semester 2 SMA Negeri 6 Tasikmalaya tahun ajaran 2011/2012.







 DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2009. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : PT. Bumi Aksara.
Dahlan. (1990).Model-model Mengajar.Bandung : CV.Dipenogoro.

Epi, (2007) Perbedaan Hasil Belajar Biologi Antara Siswa yang diajar melalui pendekatan Cooperatif learning teknik jigsaw dengan Teknik Stad.
Skripsi Program studi pendidikan biologi Jurusan pendidikan ilmu pengetahuan alam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan keguruan Universitas islam negeri syarif hidayatullah. Jakarta: Tidak dipublikasikan

Hamalik,Oemar. (2004). Proses Belajar Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara.

Herawan, Dedi (2006). Bahan Ajar Strategi Belajar Mengajar Biologi. Tasikmalaya: Tidak dipublikasikan.

Komalasari, Kokom,(2010). Pembelajaran kontekstual konsep dan aplikasi. Bandung : PT.Refika Aditama.
Suprijono, Agus,(2010). Cooperatif  Learning. Jakarta : Pustaka Belajar

Sugiyono, (2004).Metode Penelitian Administrasi.Bandung : CV.Alfabeta

 

Perdian,Erpan. (2006). Perbedaan Hasil Belajar  Siswa Yang Proses Pembelajarannya menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) dengan Tipe Somatic Auditory Visual Intellectualy. Skripsi Jurusan Pendidikan Biologi  FKIP UNSIL. Tasikmalaya: tidak dipublikasikan  

 

Purwanto, Ngalim. (1997). Psikologi Pendidikan. Bandung : PT. Remaja Rodakarya.

Sanjaya, Wina.(2007). Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana Penanda Media.

Slameto (2003). Belajar dan Faktor-faktor yang Memprngaruhinya. Jakarta : PT.Rineka Cipta.

Sudjana, Nana. (2005). Penelitian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Suyatno, (http://www.wordpress.com /2010/11/21/)

Yamin, Martinis. 2008. Paradigma Pendidikan Kontruktivistik. Jakarta: Gaung Persada Press.


0 komentar:

biologi © 2008. This blog is wearing Sederhana, a free XML Blogger Template adopted from Oh My Grid - WP theme by Thomas Arie
Converted to Blogger by Gre [Template-Godown]